Senin, 11 Juni 2012

202. Tanggung jawab dosa; Yesus menebus; Yehezkiel, tanggung jawab pribadi; Iman anak-anak empunya Surga GALATIA 3:13 VS YEHEZKIEL 18:20 & MARKUS 10:14.

202. Clear Contradiction!

Tanggung jawab dosa; Yesus menebus; Yehezkiel, tanggung jawab pribadi; Iman anak-anak empunya Surga
GALATIA 3:13 VS YEHEZKIEL 18:20 & MARKUS 10:14.
Dalam Galatia, TERTULIS: "Paulus berkata: terkutuknya Yesus di kayu salib adalah untuk menebus dosa2 manusia", TETAPI dalam Yehezkiel: "kebenaran/kejahatan manusia menjadi tanggung jawab masing2", dan dalam Markus: "Yesus menyatakan bahwa kanak-kanaklah yang mempunyai kerajaan surga (berarti suci atau bebas dari dosa, sekaligus membantah adanya DOSA WARIS)". (bertentangan konsep).

Tanggapan:
*Galatia 3:13, (a)
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Bandingkan dengan Kitab Taurat Musa:

*Ulangan 21,
22 Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang,
23 maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.

Hukuman salib adalah hukuman yang dikenal oleh orang-orang penyembah berhala dan tidak diketahui pasti apakah hukuman ini juga digunakan oleh umat Yahudi.

Tergantung dikayu salib memang adalah suatu hal yang terkutuk, namun inilah tujuan Yesus turun ke bumi untuk menyelamatkan manusia, menjadi Korban Keselamatan meski harus dengan jalan kutuk, yakni di salib.

Hal ini bisa lebih mudah kita pahami dan menjadi logis, bila kita mengenal kesacramentalan umat Allah, bahwa bagi umat Allah penebusan dosa itu diberlakukan dengan adanya darah yang tertumpah dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa:

*Ibrani 9:22,
Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

Umat Perjanjian Lama pada waktu itu sacramentnya dgn menyembelih anak domba, lembu, burung dll (Imamat 2-7), dan itu dilakukan secara terus-menerus untuk setiap kali pengampunan, tetapi pengampunan dalam hukum Taurat masih bayang-bayang saja, menanti datangnya Penebus Yang Sebenarnya, dan penebusan-Nya dilakukan sekali dan untuk selamanya. (Ibr. 10).
Penjelasannya akan lebih saya uraikan lagi tentang ini dilain waktu, karena masih dalam tahap penulisan. ;)

*Yehezkiel 18:20:
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

Hal yang sudah sering terjadi, bahwa penuduh terkesan mencomot satu ayat saja tetapi tidak melihat konteks atau apa yang sedang dibahas oleh nabi Yehezkhiel di sini.

Konteks yang diangkat oleh Yehezkiel ini adalah berbeda dengan topik DOSA dan KUTUK yang dibahas oleh Rasul Paulus dalam korelasinya dengan Hukum Taurat.

Pada jaman nabi Yehezkiel, berkembang sebuah pemikiran yang salah mengenai dosa turunan. Bangsa Israel saat itu merasa bahwa mereka hidup di bawah penghukuman akibat dosa/kesalahan yang dilakukan oleh generasi-generasi sebelum mereka (ay. 2).
Orang pada saat itu percaya bahwa sifat baik dan sifat buruk merupakan faktor keturunan, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk merubah diri.

Pemahaman seperti ini muncul akibat mereka salah mengerti firman Allah dalam Keluaran 20:5 “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku”

Konsep yang diangkat dalam Kel. 20:5 sebenarnya mau menunjukkan bahwa anak-anak dapat terpengaruh oleh dosa yang dilakukan orang-tua mereka, karena orang-tua adalah seorang model bagi anak.
Kelakuan buruk orang-tua, dengan mudah dapat mempengaruhi kelakuan anak. Sehingga ketika mereka melakukan dosa yang sama seperti orang-tuanya, maka mereka juga akan menerima hukuman. Namun apabila mereka tidak melakukan dosa seperti orang-tua mereka, mereka tidak akan menerima penghukuman itu. Jadi yang ditekankan di sini sebenarnya adalah tanggung-jawab pribadi terhadap dosa. Bahwa jika bapa masuk neraka, tidak berarti bahwa anak pun harus ngekor.
Selebihnya, bacalah kop-nya dgn lengkap.

Dan tentang Markus 10:14 (bdk:Lukas 18:15-17) tentang Yesus memberkati anak-anak, lebih jelas menyatakan bahwa Iman seperti seorang anak kecil yang menyambut Kerajaan Allah itu berkenan dihati Yesus.

Jadi jelas yang diungkapkan disini adalah bukan membahas keselamatan pada diri anak kecil sebagai manusia; namun “eksistensi iman seperti anak kecil” itu yang sedang dinilai.
Ini harus dibedakan ketika kita membicarakan dosa asal dan dosa waris. Haleluya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar