Jumat, 20 April 2012

7. Jika manusia mempunyai keturunan, berdosa atau tidak?

7. MENJAWAB TUDUHAN KONTRADIKSI!

Jika manusia mempunyai keturunan, berdosa atau tidak?
(a) Tuhan menyuruh manusia untuk berketurunan (Kejadian 1:28)
(b) Tuhan menganggap wanita yang melahirkan berdosa, sehingga anak yang lahir harus disucikan (Imamat 12:1-8)

Tanggapan:
Sebelumnya, kita harus melihat situasi pada kedua ayat yang dipertentangkan di atas. Dimana pada obsen a, amanat itu diberi ketika manusia belum jatuh ke dalam dosa. Tetapi, setelah manusia berdosa tidak berarti bahwa amanat itu tidak ditekuni atau dijalankan lagi, Allah konsisten memberikan amanatNya, namun kini manusia telah hidup dalam dosa sehingga Ia menetapkan harus ada pentahiran dulu, sebab Allah itu kudus.

Alkitab mengajarkan bahwa seseorang itu sudah berdosa sejak berada di dalam rahim ibunya,

* Mazmur 51:5,
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.

Meskipun kelahiran merupakan peristiwa yang menggembirakan namun kelahiran dibayangi oleh kematian. Raja Daud menulis mazmur di atas bukan untuk mengurangi arti kebaikan ibunya. Barangkali ibunya dahulu menjadi teladan di antara para ibu, tetapi Daud berpikir akan noda yang diwarisi, dosa asali yang telah diwariskan kepadanya dan yang menjadi sebab pokok dari dosa yang menyedihkan terhadap harkat wanita, yang disadarinya dengan sedih pada waktu ia menggubah mazmurnya itu.

Disucikan dalam Imamat 12:1-8 bukanlah bermakna bahwa anak yang dilahirkan itu suci alias bebas dari dosa. Perempuan yang melahirkan disebut "TAME", najis. Semua kotoran pada saat melahirkan anak dipandang sebagai najis dan melambangkan akibat-akibat kejatuhan umat manusia. Kenajisan harus disamakan dengan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak dan kekudusan Allah.

Kenajisan dapat disebabkan oleh proses menjadi orang-tua, penyakit atau kematian. Supaya mereka dapat beribadah kepada Allah maka kenajisan itu harus TAHER, ditahirkan, inilah yang dimaksud dengan disucikan di atas.

NB:
1. "Dosa Asal" atau yang sering juga disebut "dosa waris", adalah bahwa sejak dalam kandungan manusia itu sudah berdosa. Tetapi "berdosa" di sini lebih tepat disebut sebagai "tabiat dosa", bukan "melakukan dosa". Tabiat dosa berarti bahwa manusia sejak kecilnya sudah ada merasakan keinginan untuk berbuat dosa, meski tidak diajarkan, namun pelanggaran nenek moyang membuat keturunannya hidup juga dalam dosa, dan pada akhirnya menyatakan bahwa manusia tidak ada satu pun yang luput dari dosa alias semua manusia pernah dan mempunyai dosa. Inilah definisi sesungguhnya dari "dosa asal" atau versi Muslim katakan "dosa waris". Dan hanya Yesus saja yang tidak berbuat dosa,

”Ia (Yesus) tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutnya” (QS 19:19, 34; Yohanes 8:46; 1 Petrus 2:22).

2. "Bgmn manusia yg tdk punya keturunan (dlm arti ga menikah) apakah berdosa ato tdk?"

Tidak berdosa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus,

* Matius 19:12,
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Ada hal-hal yang membuat orang tidak berniat untuk menikah, dan dari ketiga hal yang Yesus sebut di atas, yang paling mengesankan adalah hal ketiga, yakni 'Tidak menikah karena Kerajaan Allah'.

Misalkan, Pastor, Romo, Biarawan, Biarawati, Bruder, Suster versi Khatolik yang dalam hidupnya memang hanya mau menyerahkan diri kepada Tuhan, dalam hal ini mereka mencoba mencicipi 'cara hidup sorgawi'. Sebab, Anak telah mengatakan  bahwa orang-orang disurga tidak akan kawin dan pula dikawinkan. (Matius 22:30).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar