Rabu, 09 Mei 2012

42. Apakah Saul minta petunjuk Tuhan?

42. MEMBERSIHKAN KONTRADIKSI!

Apakah Saul minta petunjuk Tuhan?
a. Ya (1 Samuel 28:6)
b. Tidak (1 Tawarikh 10:13-14)

Tanggapan:
Saya tidak melihat pertentangan di sini, jika Anda mau membaca secara lengkap perikop yang Anda baca.

Di sini penuduh sangat jelas hanya mencomot satu ayat saja dan dengan seenaknya memberi kesimpulan, apalagi ayat yang di rujuk (a) adalah ayat yang keberadaannya ada di perawalan -- bukan klimaks -- (ay. 6) dari 25 ayat, jadi masih amat  jauh untuk memberi kesimpulan apabila membaca satu ayat itu saja,

* 1 Samuel 28:6, (a)
Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.

Memang dikatakan Saul bertanya (meminta petunjuk) dari Tuhan, tetapi Allah tidak menjawab dia, alasannya karena Saul tidak betul-betul bertobat atas pelanggarannya. Saul tidak pernah berpikir untuk membawa korban penebus dosa pelanggaran kepada Allah (sesuai ketetapan, penebusan dosa melalui sakramen). Karena penghapusan dosa bukan dengan memperbanyak amal-ibadah melainkan melalui pelaksanaan sakramen. (Ima. 1-7). Hal serupa, juga diterima para Pewaris Kerajaan Allah era Perjanjian Baru di mana mereka yang ingin menggabungkan diri di dalam-Nya haruslah mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, sebab tanpa Dia sebanyak apa pun amal-ibadahmu tidak menjamin keselamatanmu (KPR. 4:12), untuk lebih lanjut tentang ini,  silahkan klik di sini

Kembali ke permasalahan, Allah telah undur daripada Saul, maka mulailah Saul merencanakan untuk bertanya kepada seorang pemanggil arwah, lihat ayat kelanjutan yang dengan sengaja tidak dibaca oleh penuduh,

* 1 Samuel 28:7,
Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."

Disini jelas bahwa Saul telah melakukan "perzinahan rohani" dan dia lebih mempercayai arwah daripada Tuhan (tidak bertanya lagi kepada Tuhan). Jadi, pernyataan obsen (b) tidak bertentangan dengan obsen (a),

* 1 Tawarikh 10, (b)
13 Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah,
14 dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai.

"tidak berpegang pada Firman-Nya" ini adalah tidak melaksanakan sacrament atau mempersembahkan korban penebuan.

Saul memang telah meminta petunjuk dari TUHAN (a) namun Ia tidak menjawabnya membuat Saul berpaling dari-Nya (b, ayat 7). Ada pun Allah tidak menjawab Saul karena memang Allah telah menyesali sikap Saul yang telah berubah setia dan hendak memecat dia sebagai raja atas Israel.

NB:
1. Dahulu pada permulaan Saul menjadi raja, ia telah membasmi semua pemanggil arwah dan pemanggil roh peramal, sesuai dengan perintah Allah. (Im. 20:27; Ul. 18:9-14)

2. Apa yang terjadi di En-Dor mirip sekali kepada apa yang disebut sekarang ini Spiritisme. Pemanggil arwah itu adalah pawang yang memanggil bangkit bagi Saul orang yang dimintanya; Saul sendiri tidak melihat apa-apa; jika kita membaca baik-baik akan kita lihat, bahwa hanya perempuan itu yang berkata, bahwa ia melihat sesuatu. Perempuan itu berbicara kepada Saul. Perempuan itu menjadi alat untuk memberitahukan kepada Saul, bahwa ia akan tewas dan bahwa hukum Allah akan berlaku.

3. Di sini jangan kita mengingat kepada penampakan diri Samuel yang sebetulnya; itu hanya pekerjaan iblis, yang memakai pemanggilan arwah itu untuk lebih menakuti hati Saul.

4. Di negeri-negeri yang masih dikuasai paham animisme, orang selalu mengira dapat berhubungan atas berbagai cara dengan jiwa orang-orang yang telah meninggal. Banyak di antaranya adalah penipuan belaka, tetapi ada juga hal-hal yang tidak dapat diterangkan dan yang harus kita anggap sebagai tipu muslihat iblis untuk mengekang manusia dalam kekuasaannya. Pendapat ini berlaku juga untuk spritisme modern. Orang Kristen harus menjauhkan diri dari hal-hal ini.

5. Kadang-kadang Tuhan menguji sampai di mana kepercayaan kita kepada-Nya, contohnya saja seorang perempuan Kanaan yang awalnya Yesus menolak untuk menyembuhkan anaknya tetapi karena iman percaya ibu itu yang begitu besar kepada Yesus, ia berusaha dan terus meminta tolong kepada Yesus (tidak berpaling), sehingga hati Yesus tersentuh dan memuji iman dari perempuan ini dan lebih hebatnya lagi, Ia mengabulkan permohonannya. (bdk: Mat. 15:21-28).

Bagaimana dengan kita?, mau meneladani sifat raja Saul ataukah perempuan Kanaan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar